Komedo, yang sering kita kenal sebagai blackheads (komedo terbuka) dan whiteheads (komedo tertutup), adalah salah satu jenis lesi jerawat non-inflamasi yang kerap muncul di wajah, terutama di area hidung, pipi, dan dagu. Meski terlihat ringan, komedo bisa menjadi masalah kulit yang membandel dan berpotensi berkembang menjadi jerawat inflamasi jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini membahas penyebab utama terbentuknya komedo dan proses biologis yang terjadi, lengkap dengan referensi ilmiah.
Proses Terbentuknya Komedo
Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap pembentukan komedo di wajah, antara lain:
- Produksi Sebum Berlebih (Seborrhea)
Kelenjar sebasea di kulit memproduksi minyak alami yang disebut sebum. Ketika produksi sebum meningkat, maka jumlah minyak yang harus dikeluarkan lewat pori juga semakin banyak. Jika pori tersumbat, sebum akan terperangkap di dalam folikel rambut. - Keratinisasi Folikular Abnormal (Hiperkornifikasi)
Sel kulit mati (keratinosit) di sekitar saluran folikel rambut mengalami proliferasi berlebihan dan pengelupasan yang tidak sempurna. Penumpukan sel kulit mati dan keratin tersebut membentuk “plugs” atau sumbatan yang menjadi awal terbentuknya komedo. - Obstruksi Folikel dan Pembentukan Microcomedone
Tumpukan sebum dan sel kulit mati dalam folikel membentuk microcomedone, struktur mikroskopis yang menjadi cikal bakal komedo terbuka maupun tertutup. - Perubahan Komposisi Sebum dan Faktor Lingkungan
Komposisi lipid dalam sebum, seperti kadar asam linoleik yang rendah, dapat memengaruhi kesehatan folikel. Selain itu, polusi, penggunaan kosmetik komedogenik, dan kebiasaan perawatan kulit yang kurang tepat juga mempercepat terbentuknya komedo. - Kolonisasi Bakteri dan Respon Imun
Walau komedo bersifat non-inflamasi, bakteri Cutibacterium acnes (dulu Propionibacterium acnes) yang hidup di dalam folikel dapat mengaktifkan respon imun lokal. Aktivasi reseptor seperti TLR2 dan pelepasan sitokin IL-1α turut mendorong proses komedogenesis dan bisa memicu inflamasi. - Faktor Hormonal dan Predisposisi Genetik
Hormon androgen meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea dan memperbesar ukuran folikel, sementara faktor genetik menentukan sensitivitas folikel terhadap hormon dan proses keratinisasi.
Mengapa Komedo Rentan Muncul di Wajah?
Area wajah seperti hidung, pipi, dan dahi memiliki konsentrasi kelenjar minyak yang tinggi, sehingga risiko tersumbatnya pori lebih besar. Kebiasaan seperti penggunaan kosmetik berat, kebersihan kulit yang kurang tepat, dan paparan polusi mempercepat penumpukan sebum serta sel kulit mati.
Perubahan hormonal—misalnya saat masa remaja, siklus menstruasi, atau stres—juga ikut meningkatkan produksi minyak dan memicu kemunculan komedo.
Penanganan Komedo yang Efektif
Komedo adalah hasil interaksi kompleks antara produksi sebum berlebih, keratinisasi abnormal, penyumbatan folikel, dan aktivitas mikrobiota serta sistem imun. Oleh karena itu, penanganannya harus menyeluruh, tidak hanya fokus mengangkat komedo yang tampak, tetapi juga memperbaiki kondisi dasar folikel agar tidak mudah tersumbat kembali.
Jika kamu mengalami komedo berlebihan yang sulit diatasi sendiri, konsultasikan ke dokter kulit untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat serta aman.
Referensi Ilmiah
- Izumi AK, Marples RR, Kligman AM. Bacteriology of acne comedones. JAMA Dermatology. 1977;113(3):309-315
- Dreno B, et al. The Role of Skin Immune System in Acne. J Clin Med. 2022;11(6):1579
- Webster GF. Treatment modalities for acne – epidermal hyper-proliferation and formation of comedones. Molecules. 2016;21(8):1063
- Bhate K, Williams HC. What is the evidence for the role of diet and other modifiable lifestyle factors in the pathogenesis of acne? Br J Dermatol. 2013;168:201-205. (Included for lifestyle context)
- Ingham E, Eady EA, Goodwin CE, Cunliffe WJ. Pro-inflammatory levels of interleukin-1 alpha-like bioactivity are present in the majority of open comedones in acne vulgaris. J Invest Dermatol. 1992;98(6):895-901.
Approved by Dokter Marvee Clinic by Kimia Farma
