Jerawat yang meninggalkan bekas atau bopeng adalah masalah umum yang sering dialami oleh banyak orang, terutama pada jenis kulit yang rentan terhadap peradangan. Bekas jerawat bisa sangat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang, karena bisa bertahan dalam waktu yang lama bahkan setelah jerawat sembuh. Artikel ini akan menjelaskan penyebab jerawat bisa berbekas, jenis bekas jerawat, dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terbentuknya bekas.
Proses Terbentuknya Bekas Jerawat
Saat jerawat muncul, terutama jenis jerawat meradang seperti pustula, nodul, atau kista, terjadi proses inflamasi yang melibatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri penyebab jerawat (seperti Propionibacterium acnes). Dalam proses ini, kulit dapat mengalami kerusakan jaringan. Ketika jaringan kulit rusak, tubuh merespons dengan membentuk jaringan baru untuk memperbaikinya. Namun, jika proses penyembuhan ini tidak berjalan dengan sempurna, jaringan kulit yang baru terbentuk tidak sekuat atau selancar seperti jaringan kulit normal, dan terbentuklah bekas jerawat.
Jenis Bekas Jerawat
Bekas jerawat bisa berupa bekas yang timbul atau cekung (bopeng), tergantung pada bagaimana kulit bereaksi selama proses penyembuhan. Berikut adalah beberapa jenis bekas jerawat yang umum terjadi:
- Atrophic Scars (bekas jerawat cekung): Tipe bekas jerawat ini adalah yang paling umum dan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu ice pick, boxcar, dan rolling scars. Bekas cekung ini terbentuk ketika kolagen yang dihasilkan tidak mencukupi untuk memperbaiki kerusakan jaringan akibat peradangan.
- Hypertrophic Scars (bekas jerawat menonjol): Bekas jerawat ini muncul saat tubuh memproduksi kolagen berlebih selama proses penyembuhan, menyebabkan jaringan kulit menonjol di atas permukaan kulit normal.
- Keloid Scars: Mirip dengan bekas hipertrofik, tetapi lebih besar dan dapat tumbuh di luar area luka asli. Keloid lebih sering muncul pada mereka yang memiliki kulit lebih gelap.
Faktor-Faktor Penyebab Jerawat Bisa Berbekas
Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan bekas jerawat, yaitu:
- Jenis dan Tingkat Keparahan Jerawat
Jerawat yang lebih dalam dan meradang, seperti nodul dan kista, lebih mungkin meninggalkan bekas dibandingkan jerawat yang lebih ringan, seperti komedo atau papula. Hal ini disebabkan oleh kerusakan yang lebih parah pada lapisan kulit.
- Durasi Peradangan
Semakin lama peradangan berlangsung, semakin besar kerusakan yang terjadi pada jaringan kulit. Oleh karena itu, jerawat yang tidak diobati dan dibiarkan meradang dalam waktu lama memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggalkan bekas.
- Kebiasaan Memencet Jerawat
Memencet atau mengorek jerawat dapat memperburuk peradangan dan kerusakan jaringan, serta meningkatkan risiko infeksi. Hal ini dapat menyebabkan luka lebih dalam yang sulit sembuh sempurna, sehingga berpotensi menyebabkan bekas.
- Keturunan atau Faktor Genetik
Genetika juga berperan dalam menentukan risiko seseorang untuk mengalami bekas jerawat. Jika keluarga memiliki riwayat bekas jerawat, maka kemungkinan besar seseorang juga lebih rentan terhadap bekas jerawat.
- Produksi Kolagen Selama Penyembuhan
Produksi kolagen adalah proses penting dalam penyembuhan bekas luka. Bekas cekung terjadi jika kolagen yang dihasilkan tidak cukup, sementara bekas yang menonjol atau keloid terjadi jika kolagen diproduksi berlebih.
- Jenis Kulit dan Warna Kulit
Orang dengan kulit yang lebih gelap memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperpigmentasi atau bekas yang lebih terlihat setelah jerawat sembuh. Selain itu, jenis kulit yang mudah berjerawat atau memiliki kecenderungan untuk berminyak lebih berisiko mengalami peradangan parah yang berpotensi meninggalkan bekas.
Upaya Mencegah Bekas Jerawat
Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah bekas jerawat, seperti:
- Menghindari Memencet Jerawat: Ini adalah cara utama untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
- Perawatan Jerawat Sejak Dini: Mengobati jerawat sesegera mungkin untuk mencegah peradangan lebih lanjut.
- Menggunakan Skincare yang Tepat: Produk seperti krim dengan retinoid, asam salisilat, dan asam azelaic dapat membantu memperbaiki kulit dan mencegah peradangan lebih lanjut.
- Konsultasi dengan Dokter Kulit: Untuk kasus jerawat yang parah, dokter kulit mungkin meresepkan perawatan khusus untuk mencegah terbentuknya bekas.
Referensi:
Goodman, G. J., & Baron, J. A. (2006). Postacne scarring: A qualitative global scarring grading system. Dermatologic Surgery, 32(12), 1458–1466.
Layton, A. M., Henderson, C. A., & Cunliffe, W. J. (1994). A clinical evaluation of acne scarring and its incidence. Clinical and Experimental Dermatology, 19(4), 303-308.
Dreno, B., Pecastaings, S., Corvec, S., Veraldi, S., Khammari, A., & Roques, C. (2018). Cutibacterium acnes (formerly Propionibacterium acnes) and acne vulgaris: a brief look at the latest updates. Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology, 32(5), 13-15.